Menyama Braya dalam Keragaman Komunitas, Kalijaga Institute for Justice UIN Sunan Kalijaga Gelar Sarasehan Penggerak Komunitas di Bali
Kalijaga Institute for Justice UINSunan Kalijaga(KIJ) gelar Sarasehan Penggerak Komunitas diBali. Kegiatan itu berlangsung di Agung Room Hotel Aston Denpasar, Bali, Rabu (21/8). Kegiatan bertema ‘Menyama Brayadalam Keragaman Komunitas di Bali: Keagamaan, Kebangsaan Dan Kebersamaan MelaluiToleransiPro Eksistensi’ ini, diikuti oleh 30 peserta aktif yang mewakili 10 komunitas umat beragama di Bali. Tenaga Ahli UtamaKantor Staf PresidenRI, Prof Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA., mengungkapkan, bangsa Indonesia memiliki banyak modalitas dan begitu banyak tradisi baik. “Itu perlu dikuatkan dan perlu kami dokumentasikan, sehingga menjadi pengetahuan bersama, dan praktik bukan saja untuk Indonesia tapi untuk dunia,” ungkap Prof Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin yang juga Direktur KIJ ini. Dikatakan, persoalan ujaran kebencian dan masalah lainnya saling berhimpitan. Agama, lanjut dia, sering digunakan sebagai titik luapan kemarahan. Oleh sebab itu, agama harus dikembalikan ke kehidupan masyarakat yang memiliki kearifan tersendiri. Sisi lain, jelas dia, kehadiran negara juga menjadi penting. Pejabat negara harus hadir dengan mengedepankan sikap amanah. Korupsi yang kerap terjadi, baginya itu keingkaran terhadap amanat yang diberikan. "Bahwa negara pemerintah itu sebetulnya harus menjaga, menyemen perbedaan agar menjadi kuat. Runtuhnya itu karena semen kebijakan negara seringkali kemudian di korupsi, ada sentimen politis. Harus dikuatkan," ujarnya. Hendaknya lahirnya suatu kebijakan yang ada agar melibatkan masyarakat. Persoalan keagamaan menjadi hak tiap masyarakat. Tugas negara, ujar dia, sebagai perekat antar perbedaan itu. Menurut dia, alat perekat itu bisa berbentuk pendidikan, ekonomi dan keadilan maupun kesempatan lainnya yang sama di semua orang. Sementara itu, Ketua Harian Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB) Bali, Dr. I Gusti Made Ngurah, M.Si., selaku tuan rumah mempresentasikan situasi kerukunan beragama di Bali. Dikatakan, bagi daerah Bali khususnya Kota Denpasar, Kerukunan itu merupakan warisan budaya dari para tokoh/pendahulu yang membina masyarakat setempat untuk selalu hidup rukun. “Beragam dinamika kejadian yang sudah terjadi menjadi bagaimana kerukunan bali tercipta ini bisa berjalan baik hingga saat ini,” tandasnya. Untuk diketahui, Sarasehan Penggerak Komunitas ini sebagai salah satu rangkaian dari program National Initiatives to Mainstream Tolerance, Collaboration in the Implementation of UN Resolution. Mengembangkan Model Toleransi Pro-Eksitensi Berbasis Komunitas yang digelar atas kerjasama KIJ UIN Sunan Kalijaga, Leimena Institute, ICRS UGM, Kemendagri dan dukungan dari Ford Foundation. (*) |