Sarasehan Lintas Iman Banjarmasin: Kayuh Baimbai, Gawi Sabumi untuk Harmoni

Banjarmasin – Berbagai tokoh perempuan dan pemimpin komunitas lintas agama di Kota Banjarmasin berkumpul dalam Sarasehan Penggerak Komunitas bertema “Kayuh Baimbai, Gawi Sabumi: Keagamaan, Kebangsaan, Kebersamaan”, yang berlangsung pada Kamis (13/6/2024) di Hotel Galaxy, Banjarmasin.

Acara ini menjadi wadah silaturahmi, pertukaran gagasan, dan penguatan jejaring kerja sama antar komunitas dalam menjaga harmoni sosial di Banjarmasin. “Kayuh Baimbai” yang berarti gotong royong, dan “Gawi Sabumi” yang bermakna kerja bersama untuk kebaikan bersama, diangkat sebagai semangat dasar sarasehan ini, mencerminkan nilai-nilai lokal yang selaras dengan pesan toleransi dan kebersamaan.

Peserta sarasehan terdiri dari perwakilan berbagai organisasi keagamaan dan komunitas lintas iman, antara lain:

  • Aisyiyah Kota Banjarmasin

  • Muslimat Kota Banjarmasin

  • Wanita Islam Kota Banjarmasin

  • Majelis Zikir dan Solawat Rijalul Ansor Banjarmasin

  • Komunitas Perempuan Interfaith

  • Pura Jagatnata Hindu

  • Vihara Theravada Buddha

  • Paroki Kelayan Katolik

  • GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) Protestan

  • GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat)

  • PC Banjarmasin Muslimah Abi – Syiah

  • PC Banjarmasin Lajnah Imaillah – Ahmadiyah

Acara dibuka secara resmi oleh Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA, Direktur Kalijaga Institute for Justice (KIJ) UIN Sunan Kalijaga. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang harus dijaga dengan kesadaran bersama.

“Dengan semangat Kayuh Baimbai dan Gawi Sabumi, kita ingin membangun Banjarmasin yang rukun, damai, dan saling menghargai. Perbedaan adalah rahmat, dan tugas kita adalah menjadikannya sumber kekuatan, bukan perpecahan,” ujarnya.

Rangkaian acara mencakup diskusi panel, sesi berbagi pengalaman antar komunitas, dan penandatanganan komitmen bersama untuk mengembangkan program kolaboratif di bidang sosial, pendidikan, dan kemanusiaan.

Sarasehan ini menegaskan kembali pentingnya kepemimpinan komunitas, khususnya peran tokoh perempuan dan lintas iman, dalam merawat keberagaman dan memperkuat rasa kebangsaan di tengah masyarakat.